Pengenalan dan tata cara penggunaan !
Angklung Melodi
Angklung sebagaimana dikenal saat ini memiliki akar historis yang dapat ditelusuri dari inovasi Bapak Daeng Soetigna. Ia melakukan adaptasi terhadap angklung tradisional yang awalnya menggunakan tangga nada pentatonik, dengan menggantinya ke dalam sistem tangga nada diatonik, yang pada masa itu semakin populer seiring dengan arus modernisasi di Indonesia. Hasil kreasinya yang dikenal dengan sebutan Angklung Padaeng menjadi tonggak penting dalam membuka akses angklung ke ranah musik modern. Transformasi ini membawa implikasi signifikan, yakni memperluas peran angklung yang sebelumnya terbatas pada upacara adat dan konteks tradisional masyarakat Sunda, menjadi instrumen yang tampil di berbagai panggung musik nasional maupun internasional.

​
Angklung yang digunakan dalam pembelajaran ini terdiri dari 31 unit angklung, masing-masing ditandai dengan simbol berupa nomor dan notasi nada. Rentang nada dimulai dari angklung bernomor 0 yang merepresentasikan nada terendah, yaitu F#2, hingga angklung bernomor 30 yang menghasilkan nada tertinggi, yaitu C5. Setiap angklung memiliki rentang oktaf tertentu yang disesuaikan dengan jumlah tabung resonator yang dimilikinya. Dalam hal ini, Angklung Media mengadaptasi wilayah nada berdasarkan konfigurasi fisik angklung, baik yang terdiri atas dua maupun tiga tabung, guna mendukung keberagaman nada dan karakteristik musikal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Gambar Angklung Melodi berjumlah 31 angklung yang biasa digunakan untuk permainan musik Angklung dengan menggunakan Motode Audio Visual. Dari kiri - kanan, angklung ini terdiri dari angklung nomor "0" dengan nada F#2 sampai angklung nomor "30" dengan nada C5.

Gambar Angklung dengan 2 tabung resonansi dengan jumlah 2 nada masing masing 1 oktaf.

Gambar Angklung dengan jumlah 3 tabung resonansi 2 nada utama dengan 1 nada oktafnya.
Perbedaan antara angklung dua tabung dan tiga tabung terletak pada karakteristik ketebalan suara yang dihasilkan. Angklung tiga tabung umumnya memiliki dua nada utama dalam satu instrumen, sehingga menghasilkan warna bunyi yang lebih kaya atau padat. Meskipun demikian, dalam konteks penggunaan pada media pembelajaran angklung, kedua jenis angklung tersebut dapat digunakan secara fungsional setara, selama komposisi yang digunakan mengacu pada angklung melodi sebanyak 31 unit sebagai kebutuhan dasar penyusunan nada.
Media Audio Visual
Dalam penerapan metode pembelajaran angklung berbasis media audio visual, terdapat beberapa aspek teknis yang perlu diperhatikan. Metode ini memerlukan perangkat tambahan berupa proyektor dan layar sebagai media pemutaran video. Hal ini disebabkan karena dalam pendekatan ini, peserta didik tidak berfokus pada instruksi langsung dari pelatih, melainkan mengikuti panduan visual yang disajikan melalui tayangan video. Secara teknis, setiap pemain diarahkan untuk fokus pada elemen visual tertentu yang telah ditentukan sebelumnya, sambil menyimak iringan musik. Dengan adanya pemicu visual dan auditori yang sinkron, pemain akan menggerakkan angklungnya secara serempak sehingga menghasilkan permainan angklung yang dinamis dan harmonis sesuai dengan alur yang ditampilkan dalam media audio visual tersebut.

Gambar Layar proyektor untuk menampilkan website angklung media dan memainkan bahan ajarnya.

Gambar Laptop untuk membuka website Angklung Media sebagai bahan ajar pembelajaran angklung.
Gambar Proyektor untuk menampilkan website angklung media dan kabel untuk menghubungkan pada laptop.

Gambar Speaker untuk mengeluarkan audio berupa musik pengiring. Kebutuhan speaker disesuaikan dengan ruang akustik setempat.
Teknis Memainkan Angklung
Secara teknis, pelaksanaan permainan angklung dengan menggunakan metode audio visual tergolong sederhana dan mudah diimplementasikan. Setiap peserta diarahkan untuk memusatkan perhatian pada tampilan visual berupa elemen indikator—dalam hal ini disimbolkan dengan gambar lilin—yang disesuaikan dengan nomor atau nada angklung yang dipegang. Ketika elemen visual tersebut menyentuh angka atau simbol yang merepresentasikan nada angklung tertentu, maka pemain yang memegang angklung dengan nada tersebut segera melakukan gerakan menggoyang sebagai bentuk respons musikal. Namun demikian, sebelum pelaksanaan metode ini, penting untuk memberikan pelatihan mengenai teknik dasar dalam memegang dan menggoyangkan angklung secara tepat. Hal ini bertujuan agar jalannya permainan dapat berlangsung secara tertib, serempak, dan menghasilkan harmoni yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Satu baris dari atas ke bawah ini menunjukan nomor dan nada angklung.
Lilin Pemain ( setiap lilin mempunyai panjang yang berbeda ) panjang atau pendek menunjukan durasi angklung yang dimainkan oleh setiap pemain.
Gambar Proyektor dengan tampilan video pembelajaran angklung menggunakan metode audio visual di website angklung media.
Memegang Angklung
Sebagaimana dapat diamati pada gambar di bawah ini, teknik memegang angklung yang baik dan benar memerlukan posisi tangan yang spesifik. Tangan kiri ditempatkan pada bagian tengah bingkai angklung (frame) untuk menjaga stabilitas instrumen. Sementara itu, tangan kanan diletakkan pada bagian ujung bawah sisi kanan, dekat dengan tabung angklung yang berukuran paling besar. Posisi jempol dan jari telunjuk tangan kanan menjepit bingkai pada area dekat tabung besar tersebut, yang bertujuan untuk memberikan kendali optimal saat instrumen digoyangkan.
